Melihat Kampung Dolanan di Kelurahan Semampir Kota Kediri

smartcity | 26 Oktober 2019

radarkediri

kampung dolanan

GEMBIRA: Anak-anak asyik melakukan permainan tradisional di Kampung Dolanan, Kelurahan Semampir, Kecamatan Kota Kediri. (Anwar Basalamah - radarkediri.id)

Berita Terkait
 

Kecanduan gawai pada anak-anak di Kelurahan Semampir membuar Rantie Hariani resah. Bersama ibu-ibu di sana, dia mencetuskan Kampung Dolanan. Kini setiap minggu, mereka sejenak meletakkan ponsel dan bermain permainan tradisional.

ANWAR BAHAR BASALAMAH, KOTA, JP Radar Kediri

Jarum jam menunjukkan pukul 06.30. Minggu pagi lalu (20/10), suasana salah satu gang di Kelurahan Semampir, Kecamatan Kota Kediri sangat ramai. Puluhan anak berkumpul di sana. Tidak kalah juga, ibu-ibu ikut meramaikan ‘hajatan’ kecil yang digelar setiap akhir pekan itu.

kampung dolanan semampir

CERIA: Anak-anak di Kampung Dolanan. (Anwar Basalamah - radarkediri.id)

 

 

Mereka begitu riang memainkan permainan tradisional. Secara berkelompok, anak-anak tersebut bermain egrang bambu dan batok kelapa. Ada pula yang bermain teklek, dakon, kelereng, lompat tali, bekelan, ular tangga, karambol, holahoop, dan gasing.

Di hari itu, tidak ada satu pun anak yang memegang gawai. “Memang itu harapan kami dengan kampung dolanan ini,” kata Rantie Hariani, Ketua Pengelola Kampung Dolanan Semampir, kepada Jawa Pos Radar Kediri.

Kampung Dolanan Semampir dibuka pada 28 April lalu. Itu bertepatan dengan kegiatan Kartinian yang digelar warga di RT 03/RW 01 Kelurahan Semampir. Selain panggung hiburan, mereka juga mengenalkan permainan tradisional pada anak-anak.

Ide soal permainan tradisional itu bukan tanpa alasan. Sebagai warga asli Semampir, Rantie resah dengan aktivitas anak-anak di sana. Saban hari, perempuan kelahiran Kediri, 28 April 1987 ini melihat mereka bermain gawai. “Saya sering melihat mereka berkumpul di tepi jalan sambil pegang HP (handphone),” ungkapnya.

Aktivitas tersebut berbeda dengan zaman masa kecil Rantie bersama teman-temannya dahulu. Setiap liburan atau sehabis sekolah, mereka lebih memilih bermain engklek atau lompat tali. Di lain waktu, mereka berkumpul di salah satu rumah untuk bermain dakon. “Suasana itu yang ingin kami ciptakan di Semampir,” terangnya.

Seiring berjalannya waktu, Rantie terinspirasi dengan gagasan Wali Kota Abdullah Abu Bakar dengan Kampung Kreatif dan Independen (Keren). Melalui brosur yang didapat setiap rapat di RT, dia kemudian ingin mewujudkannya. Apalagi, perempuan yang juga seorang pendidik ini pernah berkunjung di salah satu kampung inspiratif di Kota Solo, Jawa Tengah (Jateng). “Semampir harus jadi Kampung Dolanan. Sekaligus menghapus citra sebagai kampung eks lokalisasi,” jelasnya.

Perjuangan itu memang tidak mudah. Sebelum dibuka di bulan April itu, Rantie mengajak ibu-ibu RT 03 untuk melakukan aktivitas setiap minggu. Biasanya mereka berolahraga bersama. “Paling sering senam. Ada juga joging,” ujar ibu satu anak ini.

Setelah itu, mereka sepakat mengadakan kegiatan bersama setiap hari Minggu yang melibatkan anak-anak. Ide itu pun mendapat dukungan penuh dari kelurahan dan pemerintah kota (pemkot). “Sebenarnya sekarang Kampung Dolanan belum di-launching wali kota. Masih tingkat kelurahan,” kata Rantie.

Meski demikian, setiap akhir pekan, gang tersebut sudah dipenuhi anak-anak. Jumlahnya rata-rata sekitar 50 anak. Baik dari RT 03 dan 02 maupun para pengunjung yang datang dari luar Kelurahan Semampir. Rantie memanfaatkan gang sepanjang 100 meter dan lebar 6 meter untuk menggelar aneka permainan tradisional itu.

Aktivitas Kampung Dolanan dimulai sekitar pukul 06.30 sampai 10.30. Untuk bermain di sana, ada peraturan yang wajib dipatuhi. Yakni, anak-anak tidak boleh membawa gawai selama permainan berlangsung. “Jadi HP-nya harus ditinggal di rumah. Semua fokus dolanan,” terang guru PAUD dan Kelompok Bermain (KB) Smart Gardu Sehati (GS) Semampir ini.

Anak-anak bebas untuk memilih permainan yang mereka sukai. Bahkan, pengelola tidak membatasinya. Mereka bisa bermain lebih dari satu permainan. Yang penting, anak-anak bisa menjaga alat-alat permainan agar tidak rusak. Di luar hari Minggu, mereka juga tetap bisa bermain.

Selain permainan tradisional, pengelola juga menyediakan panggung hiburan. Jadi sebelum anak-anak bermain, mereka biasanya menampilkan kreasi di atas panggung. “Ada yang menari, nge-dance dan pertunjukan seni lain. Pokoknya bebas. Dan anak-anak sendiri yang mengoordinasi,” ungkapnya.

Setelah berjalan tujuh bulan, Rantie merasakan betul manfaat Kampung Dolanan Semampir. Saat ini, pengunaan gawai lebih terkontrol. Khususnya di hari Minggu. Selain itu, anak-anak sekarang sudah mengenal permainan tradisional yang sebenarnya mulai terlupakan.

Bahkan, Kampung Dolanan memberikan multiplier effect bagi warga Semampir. Saat ini, sebagian rumah tangga bisa memproduksi alat-alat permainan tradisional. Ada yang membuat gasing, truk mainan, dan egrang. “Dulu mereka tidak pernah membuat seperti itu,” imbuhnya.

Berkat keterampilan tersebut, para perajin sudah banyak mendapat order dari luar. Untuk meningkatkan penjualan, warga terus belajar agar kualitas produknya semakin diminati. Pasalnya, sekarang, Kelurahan Semampir sudah jadi jujukan masyarakat yang ingin merasakan sensasi permainan tempo dulu.