SURYA.co.id| KEDIRI - Bangunan gedung dan jembatan di Kota Kediri banyak dibangun pada masa era kolonial.
Sejumlah bangunan era kolonial itu sampai sekarang masih berdiri kokoh sesuai bentuk aslinya.
Masyarakat bisa menyaksikan bangunan era kolonial peninggalan arsitektur Belanda di Museum Foto Kediri yang dikelola Imam Mubarok di Jl Kapten Tendean, Kota Kediri.
Beberapa bangunan yang masih kokoh berdiri sesuai aslinya seperti Gereja Merah Kediri.
Pada zamannya gereja yang berlokasi di Jl KDP Slamet dicat dengan warna putih.
Arsitektur bangunan gereja tersebut kondisi masih utuh seperti saat dibangun pada masa pemerintahan kolonial di Kediri.
Kemudian Jembatan Lama atau Brug Over den Brantas te Kediri malahan usianya telah mencapai 150 tahun lebih.
Jembatan yang diresmikan pada 18 Maret 1869 sampai sekarang masih berfungsi dan terawat dengan baik.
Namun selama Pandemi Covid 19, jembatan ditutup sementara untuk menghindari menjadi tempat kerumunan anak-anak muda yang bermain sepeda.
Bangunan tua lainnya yang masih utuh berdiri Water Torn di Jl Ahmad Yani. Bangunan sampai sekarang masih berdiri kokoh dengan fungsi untuk tandon air masyarakat Kota Kediri.
Lokasi Water Torn ini saat ini berada di Taman Hutan Kota.
Bangunan lainnya Kantor Bank Indonesia (BI) di Jl Brawijaya juga masih sesuai aslinya. Pada era kolonial menjadi Kantor De Javasche Bank Kediri yang dibangun era tahun 1930-an.
Ada lagi Kantor BRI yang ada di Jl KDP Slamet kondisinya masih terawat sesuai bangunan induk aslinya. Pada era kolonial menjadi Afdelingbank te Kediri.
Sementara rumah dinas Kapolres Kediri yang berada di samping Kantor BRI juga masih terawat.
Bangunan tua itu sebelumnya menjadi rumah dinas pejabat Residen Belanda.
Pasca kemerdekaan menjadi rumah dinas Letkol Surahmad, Komandan Brigade S yang bermarkas di Kediri.
Bangunan lainnya Kantor Polres Kediri Kota sebelumnya merupakan Benteng Blocquis.
Kondisi bangunannya sekarang masih ada serta masih digunakan.
Bangunan Klenteng Tjoe Hwie Kiong di Jl Yos Sudarso yang dibangun tahun 1850 juga masih berdiri kokoh. Namun kondisinya sekarang sudah banyak pembenahan di bangunan induknya.
Sementara beberapa bangunan era kolonial yang sudah hilang di antaranya pintu gerbang masuk Kota Kediri yang berada di depan Kantor BPN Kota Kediri Jl Mayor Bismo.
Diungkapkan Imam Mubarok, pemerintah di era gemente atau kolonial dimulai era pasca Perang Jawa.
"Saya melakukan penelusuran foto-foto untuk revitalisasi dalam bentuk digital. Karena sebagian bangunan sudah tidak ada lagi," ungkapnya, Selasa (20/7/2021).
Beberapa bangunan yang telah berubah seperti Rumah Sakit Government di era Belanda atau bangunan RS Gambiran di Jl Wahid Hasyim.
Sementara terkait perubahan warna cat Gereja Putih menjadi Gereja Merah terjadi pada tahun 1969.
"Aslinya dulu catnya putih," tambahnya.
Imam Mubarok juga mengungkapkan di Kota Kediri ada penerbit literasi buku terkemuka di zamannya Boekhandel Tan Khoen Swie.
Penerbit di era kolonial ini banyak menerbitkan buku sastra Jawa kuno yang dikelola oleh Than kode Swie tahun 1915 - 1950-an.
Bangunan lain yang telah berubah total dari bangunan asli Masjid Agung di depan Alun - alun Kota Kediri yang dibangun tahun 1771.
Koleksi foto Kediri zaman dahulu dikoleksi Imam Mubarok selama belasan tahun dari sejumlah kolektor dari Sabang sampai Merauke.
"Saya berfikir kenapa di Kediri sudah tidak ada bangunan lagi. Di Jogja, Bandung dan Medan bangunan lama masih bertahan dan digunakan sebagai kantor, tapi tidak merubah," ujarnya.
Penelusuran foto-foto lama dilakukan sejak 2003 dari berbagai sumber. Termasuk di antaranya milik warga Tionghoa yang sudah banyak memiliki kamera dan masih menyimpan fotonya.
Foto-foto Kediri zaman dahulu pertama kali dipamerkan tahun 2006. Diluar dugaan pameran foto banyak mendapatkan apresiasi yang luar biasa dari masyarakat.
"Saya berpesan agar pemerintah daerah melestarikan bangunan lama yang ada. Apalagi tahun 2010 ada Undang-undang Cagar Budaya nomer 11/2010 bahwa pelestarian konservasi bangunan bersejarah harus dilakukan," harapnya.