Soto Podjok Kota Kediri Kuliner Legendaris Langganan Pejabat Hingga Artis

Kediri Dalam Berita | 25/11/2019

logo

KEDIRI– Siapa yang tidak kenal Soto Podjok, Kota Kediri. Rasanya yang mantap dan lokasinya yang berada di pusat kota membuat kuliner ini menjadi favorit para traveler untuk mampir. Warga lokal pun banyak yang berlangganan di sini karena telah memiliki ikatan emosional sejak pertama kali mampir.

Memang hawa warung sederhana di salah satu pojokan di Jalan Dhoho ini sangat homely sekali. Gaya interiornya “jadul” dengan warna dominan kuning cerah. Jendelanya masih memakai jendela kayu lipat ke samping lengkap dengan selot sederhana. Begitu pula dengan pintunya. Cukup mencolok jika dibandingkan bangunan-bangunan baru di sepanjang Jalan Dhoho yang menjadi pusat perdagangan di Kota Tahu.

Maklum, Soto Podjok ini sudah ada sejak Tahun 1926 lalu. Sehingga beberapa hal sengaja dipertahankan oleh pemiliknya. “Dari dulu, lokasinya ya di pojokan sini. Suasananya juga seperti ini hanya saja saya perlebar ke belakang karena jumlah pembeli terus bertambah,” terang Rumiani, pemilik Soto Podjok kepada Jatimplus.ID.

Selain dari sisi tampilan tempat, satu hal yang sangat penting untuk dijaga adalah citarasanya. Meski setiap berganti tahun, harga-harga bahan baku soto terus meningkat, Rumiani berusaha tetap menjaga kualitasnya. Mulai dari kualitas ayam, bumbu, bahkan hingga makanan pendamping.

“Ini kerupuk ikan sengaja kulakan dari Banyuwangi. Karena di sini tidak ada yang jual,” katanya sambil menunjukkan krupuk ikan berbentuk jalinan melingkar seperti sarang burung berukuran besar.

Soto Podjok sendiri menggunakan kuah bening. Tidak bersantan dan tidak menggunakan koya. Namun rasanya sama mantapnya dengan soto-soto legendaris lainnya. Hanya saja tetap ada ciri khas yang berbeda di soto bening ini.

“Rahasianya ada di bumbunya,” tambah perempuan 62 tahun ini.

Suasana dalam warung Soto Podjok. Foto: Jatimplus.ID/Dina Rosyidha.

Menurutnya, bumbu yang digunakannya bukan bumbu yang baru dibuat. Karena menggunakan rempah-rempah. Bumbu akan menjadi semakin sedap jika ada masa simpannya. Yakni sekitar enam bulan. “Seperti tape. Bumbu yang disimpan beberapa waktu justru efek rempahnya akan semakin terasa. Rasanya beda dengan yang di pasar yang dibuat dadakan,” tandasnya.

Rum pun menggoreng bumbunya menggunakan minyak ayam. Sehingga gurihnya ayam sudah merasuk sejak menjadi bumbu. Citarasa ayam tidak hanya berasal dari kaldu ayam saja seperti kebanyakan soto. “Makanya rasa soto di sini bisa berbeda,” urai ibu dari satu putra ini.

Secara tampilan, Soto Podjok sama seperti soto pada umumnya. Satu porsi soto dilengkapi dengan satu centong nasi yang hampir tenggelam dibanjiri kuah soto. Di atasnya diberi segenggam suwiran ayam kampung lengkap dengan sambal, kecambah dan rajangan seledri.

Soto Podjok menyimpan memori panjang lantaran sudah beroperasi zaman kolonial. Menurut cerita-cerita yang diterima Rum dari pendahulunya, warung Soto Podjok tidak bisa konsisten buka ketika kondisi sosial politik sedang tidak stabil. “Ya buka-tutup. Kalau aman ya buka, kalau nggak ya tutup, Tersendat-sendat,” beber generasi ketiga yang memegang usaha Soto Podjok ini.

Hanya saja dia bersyukur kondisi Kota Kediri sejak jaman dahulu kala selalu kondusif. Tidak ada kerusuhan yang membuat perekonomian lokal memburuk. Tidak ada pengrusakan dan penjarahan. Sehingga Soto Podjok tidak sampai merugi.

“Alhamdulillah dari warung ini, ayah saya bisa menyekolahkan anak-anaknya sampai pendidikan tinggi,” ujarnya bersyukur.

Rumiani, pemilik warung Soto Podjok. Generasi ketiga yang meneruskan usaha kuliner keluarganya. Foto: Jatimplus.ID/Dina Rosyidha.

Saking besarnya pamor Soto Podjok, banyak tokoh-tokoh dan pejabat politik yang mampir ketika berkunjung ke Kediri. Mulai dari Soekarno bersama putranya yakni Guntur; Gus Dur, hingga Taufik Kiemas. Artis-artis ibu kota pun tidak ketinggalan seperti Bunga Citra Lestari, Isyana maupun Anang-Ashanti tercatat sebagai selebritis yang sempat merasakan lezatnya warung Soto Podjok.

“Yang paling sering Mas Charly (ex-vokalis ST12, red) kalau ke Kediri pasti mampir ke sini,” katanya.

Harga satu porsi soto Rp 17 ribu. Saat ini pun Soto Podjok masih menjadi primadona. Bahkan banyak pembeli yang rela mengantri dan makan di dalam warung meski tidak mendapatkan tempat duduk. Warung buka setiap hari mulai pagi hingga sore hari.

Kalau hari biasa, paling ramai ketika jam sarapan dan makan siang. Ketika weekend dan hari libur bisa ramai sepanjang hari. “Alhamdulillah saat ini sudah buka tiga cabang di Surabaya,” pungkasnya.