Aipda Sugeng Riyadi, Anggota polres Kediri Kota Pelatih Anjing K9

prestasi |

Butuh Seminggu untuk Berteman dengan Herder

Tidak banyak polisi yang memiliki kemampuan untuk melatih anjing pelacak. Salah satu dari yang sedikit itu adalah Aipda Sugeng Riyadi. Ia adalah pelatih anjing K9 Polres Kediri Kota.

Suasana Perum Candra Kirana Blok F, Kelurahan Mojoroto, Sabtu (12/7), lalu terasa berbeda. Gonggongan anjing ienis Herder saling bersautan. Ya, sekitar pukul 10.00, Aipda Sugeng Riyadi sedang melatih anjing K9 milik Frendik.

Mengenakan hem bewarna merah, Sugeng melatih anjing bernama Bandit. Ditemani rekannya, Budi, dia melatih anjing berjenis kelamin jantan itu menyerang lawan. "Ban­dit, serang!,’’ teriak Sugeng memerintahkan anjing berwama cokelat hitam tersebut.

Seiring dengan itu, Sugeng langsung melepas tali pegangan anjing. Dengan cepat, Bandit pun berlari dan menggigit karungyang terlilit di tangan Budi. Empat lembar karung goni yang diikatkan di lengan kiri Budi itulah sasarannya.  

Berhasil menggigit sasaran, Sugeng  meminta Bandit untuk melepas gigitannya. "Bandit, lepas!," perintahnya. Mendengar perintah itu, anjing berusia dua tahun  itu langsung melepas gigitannya. Ya, begitulah cara Sugeng melatih anjing-anjing K9 sebelum disiapkan untuk ikut dalam pengaman sepak bola atau demo.

Awalnya, Sugeng tidak mnyangka saat mendapat tugas di Satuan Subdirektorat Satwa Polri Kelapa Dua Jakarta. Pria 39 tahun ini harus  melatih anjing  kepolisian  pada awal tugasnya, 1996 lalu. Hal ini sempat membuatnya bimbang, apakah mampu melakukan tugas itu atau tidak.

Apalagi, dalam ajaran agamanya, air liur anjing termasuk najis. "Itu menjadi tantangan terberat bagi saya,” ungkap pria yang sehari-hari bertugas sebagai penyidik di Satnarkoba Polres Kediri Kota ini.

Namun, tugas tidak dapat di tolak. Pria kelahiran Pasuruan yang akrab disapa Sugeng Pret­ty ini lantas belajar dari para seniornya yang mayoritas juga memeluk Islam. Dari situlah dia semakin memahami bahwa Islam bukan agama yang kaku. Apalagi, soal najis, bisa dihilangkan. Yakni, cukup membasuhnya dengan air atau mengusapnya dengan debu sebanyak tujuh kali.

Karena itu, tiga bulan masa pelatihan dijalaninya dengan hati mantap. Hampir setiap hari Sugeng bergaul dengan anjing jenis Herder, Doberman, dan Rottweiler. Setelah berlatih dan bergaul dengan anjing-anjing itu, Sugeng selalu membersihkan diri dengan cara bersuci. "Najis air liur anjing tersebut saya sucikan dengan debu,” tuturnya.

Setelah mengikuti pendidikan selama tiga bulan itu pula Sugeng menyadari jika tugas yang diberikannya tidaklah mudah. Tidak semua anggota polisi memiliki kemampuan khusus men­jadi pelatih anjing seperti yang dilakukannya saat ini.

Untuk melatih satu ekor anjing, Sugeng memerlukan waktu awal selama satu minggu. Wak­tu ini digunakan untuk menjalin hubungan dan mendekatkan diri dengan anjing tersebut. Pendakatan  ini dilakukannya hampir setiap hari, sehingga anjing yang akan dilatihnya mengenalinya sebagai pelatih.

Setelah akrab, Sugeng baru memberi porsi latihan fisik un­tuk anjing K9-nya. Latihan dilakukan dengan cara mengajak jalan-jalan anjing tersebut mengelilingi lapangan sesuai dengan kemampuannya. Biasanya, dia memilih bantaran Sungai Brantas di Kelurahan Semampir, Kota Kediri.

Setelah melakukan latihan fisik, pria yang  hobi  jalan-jalan ini baru mengajarkan ketaatan dan kepatuhan. Untuk ketaatan, an­jing Doberman diajarkan untuk duduk, tinggal, dan tiarap. “Lati han kita lakukan selama satu hingga dua jam. Mulai pukul 15.00 hingga 17.00,” ungkap ayah empat anak yang pindah tugas ke Kediri sejak 2000 ini.

Meskipun sudah ahli dalam menjinakkan anjing, bukan berarti Sugeng tidak pernah mengalami kesulitan. Itu dialami pada 2006. Saat diminta menjinakkan anjing Herder  milik temannya, Fandy, Sugeng kelabakan. Anjing jenis Herder berusia dua tahun itu belum pernah dirantai. Pemilik anjing hanya mengerangkengnya di kandang.

Hal itu mengakibatkan anjing sedikit liar saat dilepas. Untuk sekadar memberi makan atau memandikannya, Sugeng kesu­litan. Makanya, untuk menjalin keakraban, setiap hari selama satu minggu Sugeng harus meluangkan waktu untuk berceng kerama dengan anjing itu.

Dengan teknik itulah, terbangun kedekatan emosional di antara mereka. Anjing berwarna cokelat itu pun sedikit luluh saat melihat Sugeng. Meski demikian, belum tentu anjing  itu patuh. “Sekali tangan saya digigit saat melatih anjing milik Fandy. Sebelumnya tidak pernah,” kenangnya.

Bertahun-tahun bertugas se­bagai pelatih anjing K9, Sugeng hafal betul mengenai perilaku anjing. Termasuk, makna gonggongannya. Karena itu, ia mempunyai tip untuk orang awam agar idak dikejar oleh anjing. “Jangan malah berlari kalau di gonggongi anjing. Tetaplah berjalan dengan tenang,”katanya.

Tapi, khusus unuk anjing-anjing yang dilatihnya, akan bias mengendus mana orang yang jahat atau bukan.