Lensa Kediri Berjaya di Festival Film Jawa Timur 2012

prestasi |

* Syuting 10 Hari sampai Malam, Semua Pemain tanpa Honor

     "Energi kami pas-pasan dalam membuat film Warisan," ujar Ary Iswahyudi, warga Kelurahan Semampir, Kecamatan Kota, Kota Kediri yang menjadi sutradara film itu. Energi yang dia maksud adalah tenaga dari personel yang terlibat serta dukungan dana. Seperti aktris film berdurasi 15 menit ini misalnya. Pemeran utamanya adalah Elok Ayu Ramesti. Gadis ini masih tercatat sebagai pelajar Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kediri.

     Karena masih bersekolah, waktu syuting siswi ini cukup terbatas. Selain Elok, pem­eran dalam film ini adalah Siti Romlah, Rully, Winda, Duhita, dan Prasetyo Adi. "Total ada sekitar 15 orang, termasuk sutrada­ra juga jadi pemeran pembantu," aku Ary.

      Kesibukan yang sama juga dialami Ary. Sebab ia mempunyai pekerjaan lain selain sebagai sutradara. Bahkan, penata kamera Hisbullah Huda, editor Briliant Studio, penata artistik Zoom Production dan Nonik Salon, penata suara Bidin VIP serta grafis Novi Wijayanto pun memiliki peker­jaan utama di luar film. "Tetapi membuat film adalah hobi kami," ujar Ary.

     Untuk itu, kru film Warisan harus membagi waktu agar syuting bisa selesai dan hasilnya maksimal. Supaya tidak mengganggu pekerjaan dan kesibukan masing-masing, syuting dilaksanakan saat ada waktu luang. "Syutingnya setelah pulang sekolah hingga malam hari," kenang lelaki 40 tahun ini.

   Yang menarik, produksi film Warisan tidak berlangsung berbulan-bulan. Namun, Ary dkk menyelesaikannya hanya 10 hari. Yaitu mulai 31 Agustus hingga 8 Sep­tember. Hasilnya lalu dikirimkan ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur. "Pengumpulan terakhir adalah 10 September," urainya.

       Selain harus mengatur waktu, Ary dkk juga harus rela menyisihkan uang pnbadinya untuk membuat film. Karena tidak ada bantuan dari sponsor atau Pemkot Kediri. Pengeluaran terbesar ada­lah untuk penataan artistik, seperti membeli kura-kura dan foto Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Wakil Presiden Boediono. Sedangkan, untuk ho­nor kami tidak ada. "Tidak ada yang dibayar termasuk sutradara dan aktomya," ungkap Ary sambil tersenyum.

       Meski durasi film Warisan hanya 15 menit, tetapi isi atau pesan di film itu mampu tersampaikan ke penonton. Film cerita pendek tersebut menceritakan kegigihan Elok mengejar mimpi dan menutupi perasaan malu karena bergantung pada orang lain. Meski menjadi anak yatim piatu, Elok yang hanya hidup dengan kakaknya tidak menyerah terhadap nasib. Dia belajar giat di sekolah dan berusaha maksimal menjalankan kewajibannya sebagai siswa.

      Suatu saat ia mendapatkan tugas untuk tampil dalam pentas seni di sekolah. Teman-temannya sepakat menggunakan baju batik saat pen­tas. Ketika tahu Elok tidak mampu, mereka menawarkan untuk membelikan. Sebab tahun lalu ketika Elok mengenakan baju batik pinjaman, dia menjadi bahan ejekan teman-temannya.

       Namun, Elok tidak menjawab menerima bantuan itu. Dia memilih berjuang sendiri demi mendapatkan baju batik idamannya. Hal itu dilakukan setelah dia teringat nasihat bapaknya. Saat itu, almarhum bapaknya mencontohkan usaha ayam mendapatkan makanan.

      Seperti Induk ayam tidak menerima apa yang diberikan orang. Tetapi be­rusaha mencarinya sendiri dengan cara ceker. Hal itulah yang diajarkan kepada anak-anaknya. Makanya, meski kakaknya yang lumpuh dan menjadi penjahit berjanji memberikan baju batik, Elok pun tidak mau menggantungkan nasib ke­pada kakaknya.

     Perjuangan Elok inilah yang men­jadi inti cerita. Adegannya menggambarkan bagaimana sepulang sekolah Elok langsung ganti pakaian di WC umum. Dia lalu menjadi kernet  mobil penumpang umum (MPU). Mulai siang hingga malam keliling Kediri. Uang yang didapat dikumpulkan di kardus sepatu.

       Setelah terkumpul dan waktu pentas sudah dekat, Elok bemiat segera membeli baju batik impiannya. Namun alangkah terkejutnya dia melihat banderol harga baju batik sangat mahal Rp 850 ribu. Uangnya tidak cukup.

    Dengan hati hancur, Elok pulang dan masuk kamar. Saat itulah, kakaknya menghampiri. Dia memberikan baju batik hasil jahitannya. Kain yang digunakan adalah kain batik peninggalan orang tuanya. Deraian air mata Elok dan kakakn­ya meleleh di pipi. Mereka pun berpelukan.

       "Kami tidak menggurui tetapi cerita di film ini bisa menjadi teladan. Karena warisan tidak hanya harta benda tetapi juga nasihat orang tua," tutur Ary.

      Hal inilah yang membuat dewan juri terpikat dengan film Warisan. Sehingga mampu meraih 11 kategori yang dilombakan. Bahkan, film Warisan berhasil menjadi yang terbaik dari empat kategori. Yaitu film terbaik, sutradara terbaik, pemeran perempuan terbaik, dan editor terbaik Penyerahan hadiah dan trofi dilakukan langsung Wa­kil Gubemur Jatim Saifullah Yusuf atau Gus Ipul.

      Sukses menjadi yang terbaik, Lensa Kediri berencana menggelar tasyakuran. "Ini sebagai wujud syukur kami atas keberhasilan di Festival Film jawa Timur 2012," sambung Hisbullah Huda.

Kediri, Radar