Ilustrasi telur ayam. TEMPO/Tony Hartawan
TEMPO.CO, Kediri – Harga telur ayam di Kota Kediri, Jawa Timur, terus melonjak dari harga sebelumnya kisaran Rp 19.000 – 20.000 per kilogram menjadii Rp 26.000. Kenaikan ini belum bisa diperkirakan sampai berapa lama.
“Saat ini pemerintah terus memantau pergerakan harga telur di pasaran, sebelum memutuskan melakukan operasi pasar,” kata Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Kediri, Yetty Sisworini, Selasa 10 Juli 2018.
Menurut Yetty, jika kenaikan harga telur ini berlangsung lama, dikhawatirkan akan memicu lonjakan harga kebutuhan yang lain di Kediri. Karena itu pemerintah terus mengkaji penyebab kenaikan harga telur ayam ini. Beberapa di antaranya adalah cuaca yang tak mendukung produktivitas telur serta tingkat kematian ayam yang cukup besar.
Data Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Kediri menyebutkan terjadinya penurunan populasi ayam yang cukup signifikan. Dari jumlah populasi 16 ribu ayam petelur saat ini berkurang hanya 10 ribu ekor saja. “Kematian ayam yang tinggi menjadi penyebab penurunan ini,” kata Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Kediri, Ali Mansur.
Kematian ayam-ayam ini, menurut Ali, seiring terbitnya larangan penggunaan vaksin Antibiotic Growth Promoters (AGP) sejak Januari lalu. AGP dinilai sebagai antibiotik berbahaya karena terdiri atas senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme. Dalam konsentrasi kecil senyawa ini memiliki kemampuan menghambat atau membunuh mikroorganisme lain.
Celakanya, para peternak ayam sudah terbiasa menggunakan AGP untuk menjaga daya tahan di saat pergantian cuaca ekstrem. Sebagai gantinya, petugas penyuluh merekomendasikan penggunaan obat herbal. Yakni mencampurkan kunyit, temulawak, dan daun pepaya ke dalam pakan ayam.
Tingginya kematian ayam ini memicu para peternak menjualnya dalam bentuk daging sebelum lebaran lalu. Selain mengurangi kerugian, harga daging ayam kala itu melonjak drastis dan dinilai menguntungkan mereka.
Sementara itu kenaikan harga telur ini dikeluhkan masyarakat, utamanya pedagang makanan. Sebab hampir seluruh produk kuliner menggunakan telur ayam sebagai bahan utama, baik aneka roti maupun masakan matang. “Mau menaikkan harga makanan agak sungkan. Semoga harga telurnya bisa segera turun,” harap Srihani, pemilik warung makan di Kelurahan Mojoroto.