Drum Band SD Pawyatan Daha Kediri Raih Juara 1 Auxiliary

prestasi |

* Digembleng Sebulan, Latihan Setiap Hari usai Sekolah

Kekompakan tim colourguard atau pemain bendera SD Pawyatan Daha dalam lomba drum band tingkat provinsi mendapat apresiasi tinggi. Juri O2SN pun menobatkan sebagai yang terbaik. Usai jadi juara, ketinggalan pelajaran harus dikejar.

Angin semilir menambah sejuknya pagi saat Radar Kediri mengunjungi SD Pawyatan Daha, Jl Hasanudin, Kota Kediri (24/9). Suara riang anak-anak berseragam merah putih terdengar begitu riuh. Mereka asyik bermain, berkejaran, dan bercanda dengan teman sebayanya.

Melintasi halaman setelah masuk pintu gerbang, langkah kaki wartawan koran ini menuju ruang kepala sekolah dan tata usaha. Terlihat tiga orang mengenakan seragam berwarna krem. Melihat kedatangan Radar Kediri, seorang perempuan berjilbab bergegas berdiri dan mempersilahkan masuk. "Ada yang bisa dibantu," tanyanya. Dua rekannya seorang perempuan dan laki-laki yang semula duduk pun ikut berdiri. Mereka juga datang menghampiri. Keduanya tak lain adalah Yuli Setianingati dan Suyatno, pembina drum band di sekolah tersebut.

Selang beberapa menit, empat anak perempuan mengenakan seragam merah putih masuk keruang. Wajah mereka tampak semringah. Sesekali senyum tersipu malu menghiasi raut paras manisnya. Satu per satu lantas mengerutkan diri.

Nama mereka, Putri Fahima, Radinka Elsa Nabila, Dian Armiati, dan Kirana Eka Amalia. Keempat siswi ini tergabung dalam grup drum band SD Pawyatan Daha Kediri dari total 25 anggota tim. Berkat kekompakan mereka meraih juara pertama lomba drum band tingkat SD se-Jawa Timur kategori auxiliary colourguard atau pengawal bendera.

Para pemain drum band khusus instrumen bendera ini memang tidak bermain alat musik. Namun aksi mereka menjadi alat bantu penampilan tim drum band secara keseluruhan. Sehingga menghasilkan efek-efek visual tertentu yang mendukung penampilan.

Lomba tersebut diselenggarakan Dinas Pendidikan Provinsi Jatim dalam rangka olimpiade olahraga dan seni nasional (02SN). Tak hanya prestasi auxiliary, tim ini juga meraih juara harapan 2 kategori unjuk gelar dan harapan 3 lomba baris berbaris. Tentu tidak mudah bagi anak-anak usia 11 tahun ini dalam merebut prestasi tersebut. Selama satu bulan menjelang perlombaan, mereka digembleng setiap hari. Latihannya selama 3 jam, mulai pukul 14.30 hingga 17.30. "Latihannya sepulang sekolah," ujar Kirana yang menjadi mayoret drum band sekolahnya.

Latihan semakin intensif. selama seminggu menjelang perlombaan yang digelar pada tanggal 7 hingga 8 September di Surabaya. Mereka melakukan latihan dalam dua sesi di gedung olah raga (GOR) Jayabaya, Kota Kediri. Sesi pertama pukul 09.00 hingga pukul 12,00. Kemudian dilanjutkan pukul 14.30 hingga 17.30.

Padatnya jadwal latihan menyita waktu belajar mereka di sekolah. Selama tiga hari, 25 siswa ini ketinggalan pelajaran. Apalagi saat ini mereka sedang duduk di kelas 6 dan sebentar lagi mengikuti ujian nasional (unas).

Meski begitu, hal tersebut tidak membuat para pelajar ini berpangku tangan. Berbagai cara mereka lakukan untuk mengejar pelajaran yang tertinggal. Menambah waktu belajar dan mengikuti bimbingan belajar mereka lakukan. "Kadang meminjam catatan teman sekelas," aku Kirana.

Selain mendapat piala dan medali, pengalaman berharga mereka dapatkan dari lomba yang diikuti 17 peserta dari seluruh Jawa Timur. Menghilangkan rasa grogi saat diuji di hadapan dewan juri salah satunya. Hal ini dirasakan Kirana sebagai paramanandi. "Deg-degan saat tampil," ungkapnya tersipu.

Perjuangan mereka tak hanya sampai di situ. Dalam waktu satu bulan tim drum band ini harus menghafalkan tujuh intrumen lagu. Dua lagu pop, berjudul Amnesia yang dibawakan Gigi dan lagu Satu dari band Dewa.

Mereka juga membawakan tiga lagu daerah, berjudul Lir-ilir, Cublek-cublek Suweng, Tanduk Majeng. Ditambah dua laga wajib, Mars KONI dan Persatuan PDBI. "Yang sulit lagu milik Gigi, temponya cepat," tutur Putri Fahima, pemain terompet.

Perbedaan medan lomba juga menjadi kendala tersendiri bagi mereka, Luas tempat latihan berbeda dengan tempat acara di aula UPN Surabaya. Hal itu membuat siswa-siswi ini kebingungan mengatur jarak saat mengubah formasi. Selain itu, suara gema yang dihasilkan juga berbeda. "GOR Jayabaya lebih luas dan menggema," ucap Radinka, sang gitapati.

Pengalaman berbeda diceritakan Dian Armiati. Siswi berusia 11 tahun ini menjadi bagian di grup colourguard. Bersama ketiga temannya Elfonda Niken, Rizky Hassan, dan Melinda Anastasya menunjukkan atraksi dengan 7 bendera yang berbeda. Menjaga kekompakan menjadi kendala tersendiri bagi mereka, Apalagi dengan kondisi suara yang kurang menggema. "Kita lakukan gerakan seperti latihan," jawabnya sambil tersenyum.

Rasa bangga dan senang begitu terasa di hati mereka saat panitia menyebut kelompoknya menjadi juara pertama. Perjuangan yang mereka lakukan membuahkan hasil. "Senang, bangga," ucap keempat siswi tersebut mengebu-gebu.