TK Negeri Pembina Kota Kediri Jadi Jujukan Studi Banding Daerah Lain

prestasi |

    "Ini piala anak-anak," ujar Kepala TK Negeri Pembina Kota Kediri Djoko Purnomo sambil menunjukkan ratusan piala di rak kaca dekat pintu masuk ruang kerjanya. Piala-piala tersebut tertata rapi. Sehingga, mudah dilihat siapa saja yang berkunjung.

      Dari keterangan yang terdapat di sana, piala-piala itu tidak hanya diraih dari event tingkat lokal Kota Kediri. Tapi, juga regional Jawa Timur. Seperti lomba mewarnai topi pada peringatan Hari Anak Nasional (HAN) tingkat provinsi pada 2011 yang meraih juara II dan lomba kompetensi anak pada peringatan HAN 2012 yang meraih harapan II.

        Prestasi-prestasi itu didukung lingkungan sekolah yang indah, asri, dan nyaman. Kompleks TK yang berdiri di atas lahan seluas 1.500 meter persegi itu kebersihannya sangat dijaga. Tidak ada sampah berserakan. Lantai keramik di enam ruang kelas dan kantor terlihat kinclong. Pohon-pohon yang rindang juga mengitari. "Disini, kebersihan sangat diutamakan" ujar Djoko saat ditemui Radar Kediri hari itu (3/10).

       Tidak itu saja, kurikulum dan model pembelajaran di TK milik pemkot tersebut dinilai lebih maju. Dalam kegiatan pem­belajaran, guru menggunakan media yang pas. Termasuk, penggunaan perangkat multimedia untuk membuat pembelajaran lebih menyenangkan. Ini selaras dengan visinya. Yaitu, menyiapkan anak didik yang cerdas, cakap, kreatif, mandiri disertai iman dan takwa dalam menghadapi era globalisasi.

    Makanya, tidak heran jika TK dengan 13 orang pengelola ini dinobatkan sebagai TK percontohan di Kota Kediri. Bahkan, TK ini kerap menjadi tujuan studi banding TK-TK lain dari luar daerah seperti Bondowoso, Trenggalek, Madiun, Tulungagung, dan Nganjuk.

       Selain belajar tentang kurikulum dan model pembelajaran, mereka mempelajari tentang pengelolaan administrasinya. Sebab, meski baru berdiri pada 2003 belum genap sepuluh tahun TK Negeri Pembina dikenal mempunyai administrasi yang bagus. Semua data tersimpan dengan baik. Data masing-masing guru dari karyawan tersimpan di map khusus.

      Sehingga, siapa saja yang ingin mengetahui sejarah TK ini bisa dengan mudah mendapatkan informasi dari data yang ada. "Setiap tamu yang datang, kami wajibkan untuk mengisi buku tamu. Ini juga sebagai salah satu cara tertib administrasi," ujar Djoko yang juga ketua Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak Indonesia (IGTKI) Kota Kediri.

        Dengan kondisi demikian, perkembangan siswanya juga signifikan. Jika di awal berdiri hanya ada 16 siswa, sekarang naik hampir 10 kali lipat menjadi 120 siswa. Ratusan siswa itu tidak hanya berasal dari Kelurahan Semampir, tetapi ada juga dari kelurahan yang lain. Mereka terbagi dalam enam rombongan belajar. "Maksimal satu rombongan belajar adalah 20 siswa agar efektif. Jadi, kami terpaksa menolak siswa karena sudah overload,” katanya.

       Kondisi ini cukup menggembirakan jika menilik lokasinya yang sebenarnya kurang strategis. Yakni, ditepi Sungai Brantas serta dekat eks Lokalisasi Semampir dan makam. Alamatnya pun Jl Mayor Bismo, Gang Makam, Kelurahan Semam­pir. "Kondisi yang kurang baik ini menjadi tantangan tersendiri bagi kami," tutur Djoko.

       Karena itu, wajar jika kerja keras para pengelola TK tersebut mendapat apresiasi dari Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Kediri. "Kerja keras dan prestasi TK Negeri Pembina Kota Kediri ini patut diacungi jempol," ujar Agus Suharmaji, kepala Bidang Pendidikan Nonformal Informal dan Pembinaan Kesiswaan, Olahraga, dan Seni Disdik Kota Kediri kemarin.

       Kini, masih ada 'PR' yang ingin diselesaikan oleh Djoko. Yakni, perluasan lahan sekolah. Sebab, dengan luas lahan 1.500 meter persegi sekarang, ternyata masih kurang. Inilah yang kemudian menjadi pengganjal ketika mereka mengikuti lomba usaha kesehatan seko­lah (UKS) tingkat nasional. "Minimal harus ditambah separo lagi lahannya," kata Djoko.

Kediri, Radar