Ciptakan Kopi Biji Pepaya, Duo Siswi MTsN 2 Kediri Raih Juara III KIR

prestasi |

* Mampu Turunkan Kolesterol hingga 10 Mg/dl

     Halaman dalam MTsN 2 Kediri kemarin riuh rendah. Puluhan siswa yang dibagi dalam beberapa kelompok beradu cepat lari sambil membawa plastik berisi air. Begitu ada yang plastiknya bocor lalu airnya tercecer, teriakan-teriakan langsung terdengar. Begitu pula saat ada kelompok lain yang menyalip.

       Di antara kelompok-kelompok itu, ada dua gadis berkerudung biru yang berhasil mencapai finish tanpa bocor. Keduanya berlarian tanpa alas kaki. Astrid Riskya Saly dan Effy Nurtiana, dua gadis belia itu, sedang mengikuti game-game yang digelar sekolahnya usai ujian.

       Tak seperti saat di laboratorium dengan wajah serius, kemarin keduanya terlihat lepas. Tawa dan canda kerap mengiringi tingkahnya. "Ini refreshing setelah ujian, Mbak," kata Astrid diamini Effy yang kompak mengenakan kaus warna biru.

       Keduanya adalah pasangan siswa yang berhasil meraih juara III dalam Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) yang digelar Universitas Negeri Surabaya (Unesa) 11 November lalu. Mereka mengangkat penelitian tentang biji pepaya yang bisa diolah menjadi 'kopi' untuk menurunkan kadar kolesterol. Penelitian itu dilakukan dalam kurun Agustus sampai Oktober lalu.

       Idenya berawal dari keprihatinan Astrid atas banyaknya biji pepaya di sekitar rumahnya yang sering dibuang begitu saja. Dari situ, gadis asal Desa Purworejo, Kecamatan Kandat itu lantas berbagi tugas dengan Effy untuk browsing di internet,  Mereka mencari literatur tentang pemanfaatan biji pepaya. Dari sanalah didapat informasi penting bahwa biji-biji pepaya berwarna cokelat kehitaman itu ternyata memiliki kandungan yang bermanfaat untuk menurunkan kolesterol. Di antaranya flavonoid, alka­loid, dan tannin.

       Setelah memastikan biji pepaya bermanfaat untuk kesehatan, mereka lantas terpikir untuk menjadikannya ekstrak minuman. Hanya, cara pengolahannya perlu dipikirkan. "Kuncinya harus praktis dan efisien," kata Effy.

        Dari berbagai diskusi dan perenungan, dipilihlah cara untuk mengeringkan biji-biji pepaya itu terlebih dulu dengan cara dijemur. Setelah kering, baru disangrai sebelum kemudian dihaluskan dengan digiling atau ditumbuk, semua mirip dengan pembuatan bubuk kopi.

      Dan, hasilnya memang mirip kopi. Sebab, warna biji pepa­ya sudah cokelat kehitaman. 'Bubuk kopi' dari biji pepaya itulah yang kemudian tinggal mencampur dengan air dan gula sebelum diminum. "War­na dan rasanya mirip," kata Astrid. Hanya, aromanya berbeda. Bau pepayanya belum bisa hilang.

     Penelitian inilah yang menarik perhatian dewan juri LKIR Unesa. Astrid dan Effy pun dinobatkan sebagai juara III, mengalahkan puluhan peserta lainnya. "Sekarang kami sedang mengembangkan penelitian itu," kata Astrid.

       Mereka melakukan uji coba 'kopi' biji pepayanya kepada ayam potong selama seminggu. Sebelum dan sesudah mengonsumsi rutin 'kopi' biji pepaya itu, kadar kolesterolnya dicek. Hasilnya, ternyata turun 10 mg/ dl. "Tapi, kami masih akan meneliti lagi kandungan lengkap dari kopi biji pepaya ini," lanjut  Effy.

        Mereka ingin menyempurnakan penelitiannya. Obsesinya, bisa mengikuti ajang Indo­nesian Science Project Olym­piad (ISPO). Astrid yang tahun lalu sudah menjadi finalis ISPO itu mempunyai harapan besar untuk bisa meraih juara. Untuk mewujudkan keinginan itu, keduanya rajin berkonsultasi pada guru pembimbingnya, Enik Kurniawati. Selama ini, guru biologi dan IPA itulah yang rutin mengarahkan pengembangan penelitian mereka.

        Kepala MTsN 2 Kediri Nursalim juga mengapresiasi peneli­tian mereka. Menurutnya, se­lama ini sekolah memberi ruang yang luas bagi siswa untuk me­lakukan penelitian. Termasuk, jika kemudian diikutkan dalam perlombaan. "Kalau penelitian ini diikutkan lomba lagi, nanti akan kami biayai," tegas Nursalim.

Kediri, Radar