Haryo dan Mitha, Sabet Medali Emas Karate untuk Kota Kediri

prestasi |

*Latihan Fisiknya Lari Naik-Turun Klotok Sepuluh Kali

       Senyum semringah terukir di bibir dua pelajar ini, kemarin siang. Janjian bertemu di Balai Pertemuan Anggraini, Kelurahan Sukorame, Kecamatan Mojoroto tempat mereka latihan Haryo dan Mitha tidak datang bersamaan. Mitha datang lebih awal sedangkan Haryo sekitar lima menit kemudian.

        Mereka datang dengan seragam latihan karate putih-putih. Haryo mengenakan sabuk cokelat sedangkan Mitha sabuk hitam. Leher mereka berkalung medali emas dari kejuaraan yang baru saja dimenangi. "Ini saya tanding bulan Juni lalu," ujar Haryo sambil menunjukkan medali berwarna emas dengan tulisan Juara I Wali Kota Cup 2012 itu.

           Dalam kejuaraan yang berlangsung di GOR Hayam Wuruk, Surabaya, 27- 29 Juni lalu itu, Haryo turun di kelas komite (pertarungan). Siswa kelas VIII SMPN 4 Kediri ini harus berkompetisi dengan 57 peserta dari seluruh Indonesia. "Saya tampil di kelas 52 kilogram," ujar cowok 14 tahun ini.

       Meski berpengalaman dalam banyak pertandingan, tetap saja pertandingan itu membuatnya tegang. Apalagi, dia menyandang status sebagai juara bertahan. Makanya, dia berusaha sebisa mungkin untuk tetap tenang. "Saya mencoba lepas," lanjut anggota Federasi Olahraga Karate Do Indonesia (Forki) ini.

         Upayanya tidak sia-sia. Dari ba­bak penyisihan, dia terus melaju hingga ke semifinal. Di babak ini, Haryo mengempaskan kontingen asal Jombang dengan skor telak 3-0. Inilah yang membuatnya masuk ke babak final. Di babak ini, lagi-lagi yang dihadapi adalah wakil dari Jombang.

        Haryo pun mencoba aktif melakukan serangan ke lawan. Pukulan Giankusuki-nya masuk mengenai rusuk. Skor 1-0 untuk Haryo. "Setelah itu, lawan ganti terus menyerang" ungkap remaja asal Sukorame tersebut

        Tidak main-main lawan yang dihadapinya kali ini. Haryo sempat terdesak dibuatnya. Bahkan, pukulan lawan membuat helm pelindungnya pecah meskipun tak berbuah angka. Haryo pun dibuat semakin tegang.

        Beruntung, dia mempunyai pelatih hebat yang tak lain ayahnya sendiri, Hari Bagijo. Hari terus memompa semangatnya agar tak kendur, apalagi ciut nyali. "Ayah memberikan instruksi untuk bermain lebih tenang," kata Haryo.

         Haryo menurut dengan bermain tenang, dia malah bisa lebih fokus. Pukulannya mengenai kepala lawan. Skor pun bertambah menjadi 2-0 sebelum wasit menutup pertandingan yang berjalan selama 2,5 menit Haryo keluar sebagai pemenang, mempertahankan gelar juara yang disabetnya.

       Adapun Mitha yang bertanding di kampus Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) tampil di kelas kata pemula (memeragakan jurus, Red). Pertandingan itu berlangsung 14-15 Juli lalu. Dia harus bersaing dengan 42 peserta yang datang dari seluruh pelosok Nusantara.

         Namun, kemenangan bocah 12 tahun ini boleh dibilang lebih moncer. Dia menang dengan skor telak 5-0 atas lawannya di final. Dari lima juri yang menilai, kesemuanya mengangkat bendera biru untuk Mitha. ''Saya senang dengan kemenangan ini," kata siswi SDN Jagalan I, Kecamatan Kota ini.

        Prestasi kedua pelajar itu tentu saja tidak diperoleh secara instan. Melainkan, buah dari latihan keras yang mereka jalani sebelumnya. Bahkan, tidak boleh ada keluhan di dalamnya. "Ayah sangat keras dalam memberikan porsi latihan," kata Haryo yang mendapat anggukan Mitha.

        Seminggu, mereka harus menggenjot latihan sebanyak empat kali. Selama tiga hari, Haryo dan Mitha menjalani latihan teknik. Sedangkan, Minggu digunakan untuk latihan fisik tempat latihan fisikpun tidak ringan, yaitu Gunung Klotok Mereka diwajibkan berlari naik turun sebanyak 10 kali di gunung tersebut.

        Namun begitu, keduanya merasa latihan yang diberikan memberi­kan manfaat Sebab, setelah itu fisik mereka menjadi lebih prima. "Kami merasakan manfaat yang luar biasa," aku Haryo dan Mitha kompak.

       Sementara itu, Hari Bagijo mengatakan bahwa latihan keras yang diterapkannya dimaksudkan untuk mendidik kedisiplinan. Karena itu, ia tidak segan menjatuhkan hukuman apabila anak didiknya yang dianggap kurang disiplin dalam latihan. Tak terkecuali, kepada anaknya sendiri. "Biasanya saya suruh push up" kata Hari.

         Dengan prestasi itu, rencananya, Haryo dan Mitha akan diikutkan dalam ajang Porprov yang berlang­sung di Madiun tahun depan. "Untuk memberikan pengalaman yang baik bagi keduanya," tandas ketua FORKI Kota Kediri ini.

Radar Kediri