Venus Salon

pengumuman |

Lebih Berani Stok Barang agar Klien Senang Berdiri sejak 42 tahun lalu, Venus Salon juga mulai meregenerasi pengelolanya. Sang pendiri yakin, anaknya bakal lebih sukses mengembangkan usaha.

Salon Venus terlihat mencolok di sisi timur Jl Brawijaya. Bukan hanya karena papan namanya yang berukuran besar di tepi jalan. Tapi, juga gambar poster perempuan cantik mengenakan gaun pengantin yang ditempel di kaca depan.

Di etalase lantai dua, beberapa gaun pengantin dijajar rapi. Di bawah, berbagai perlengkapan salon dipajang. Sementara, di bagian belakang, seorang perempuan berpakaian kasual tanpa riasan sedang memerhatikan peserta kursus merias. Beberapa kali dia memberikan arahan kepada mereka. "Riasan disesuaikan dengan acara dan tempat, jangan sama," papar perempuan tersebut pelan kepada salah satu peserta.

Perempuan itu adalah Winny Maria Sutanto, anak kedua Tina Sutanto, perintis usaha salon Venus. Sejak sepuluh tahun terakhir, pe­rempuan muda kelahiran 28 November 1977 tersebut terjun mendampingi sang ibu. Winny menangani salon, bridal, dekorasi, florist, dan kursus kecantikan.

yang lulusan desain interior ini merasa bahwa kegiatan yang digelutinya saat ini adalah dunianya. Makanya, setelah lulus kuliah di universitas Petra Suraba­ya pada 2002, dia mantap pulang untuk memajukan usaha keluarga tersebut. "Saya memang suka dengan dunia ini," ujarnya saat ditemui Radar Kediri kemarin siang.

Untuk diketahui, sejak berdiri 1971, salon Venus sudah bertempat di lokasi sekarang. Usaha itu tidak pernah berpindah tempat. Tina merintisnya sejak dari nol sebagai salon kecil. Bahkan, dia sempat mendapat tantangan dari orang tuanya yang merupakan pengusaha Transportasi. Namun, Tina maju terus. Dia sudah telanjur jatuh cinta pada dunia tersebut.

Berbagai perlombaan hairsty­list pun sering diikutinya dan menjadi juara. Dari situ nama Tina dan Salon Venus semakin terkenal. Kepercayaan pun meningkat dan pelanggan pun bertambah. Itu berlanjut hingga Tina mempunyai anak. Makanya, anak-anaknya tumbuh bersama usaha salon tersebut, termasuk Winny.

Dari situ lab, kecintaan Winny kecil pada usaha yang digeluti ibunya tumbuh secara alami. Demikian pula dengan saudaranya yang lain. Teddy Susanto, kakaknya, adalah hairstylist alias penata rambut andal yang kini tinggal di Australia. "Dari kecil saya sudah senang ikut Mama ke salon, ngelihatin, hingga bisa melakukan apa yang Mama bisa," akunya.

Karena itu, setelah Winny lu­lus kuliah dan pulang, tak ada kesulitan berarti saat Tina mulai melibatkannya dalam pengelolaan usaha. Sebab, dia memang sudah terlibat sejak kecil. Winny diminta membantu pengelolaan bridal, salon, dan kursus. Awalnya hanya membantu melayani klien, tapi kemudian masuk ke manajemen.

Dia dibantu oleh Agnes Nata­lia Sutanto, adiknya, yang kini mengelola toko supplier peralatan salon dan kecantikan. Usaha itu dulu dipegang ayah mereka, Harry Sutanto, dan kini secara perlahan mulai diestafetkan. Winny menyebut, tanggung jawab dia dan adiknya terhadap usaha keluarga itu kini sudah mencapai 70 persen. Sedangkan, orang tuanya tinggal 30 persen. "Jadi, Mama dan Papa masih terlibat. Mereka sebagai pembimbing kami karena memang lebih berpengalaman," sebutnya. "Kami selalu sharing tentang apa pun kepada mereka."

Mendapat kepercayaan dari orang tuanya, Winny tak mau berpangku tangan. Apalagi hanya bersandar kepada nama besar Venus yang dirintis Tina. Makanya, dia terus berusaha meningkatkan kapasitas diri. Salah satunya dengan mengikuti berbagai seminar tentang tata rias, bridal, dan semua hal yang mendukung usahanya.

Hasilnya positif. Winny tidak pernah ketinggalan tren-tren terbaru. Itulah yang dia usung dan terapkan di salon serta bridalnya. Bahkan, dibanding sang ibu, Winny lebih berani. Misalnya, untuk mendatangkan koleksi-koleksi gaun pengantin, aksesoris, dan dekorasi terbaru. "Karena memang anak muda, dia lebih berani ambil risiko. Kalau dulu saya hanya ambil koleksi gaun pengantin baru tiga atau lima, Winny berani datangkan langsung dua puluh," timpal Ti­na yang masih terlihat segar dan semangat di usianya yang bulan depan masuk 62 tahun.

Keberanian Winny itulah yang membawa hasil. Pelanggannya suka. Sebab, mereka semakin memiliki banyak pilihan. "Dulu, itu mendatangkan koleksi dalam jumlah banyak, saya anggap terlalu berisiko," imbuh Tina. Apalagi, Winny mempunyai latar belakang akademis yang mendukung. Yakni, sebagai desainer interior. Banyak konsepi dekorasi baru yang dibuatnya dengan detail yang menarik.

"Saya juga suka buat kerajinan tangan seperti bros, kalung, dan pernak-pernik lainnya. Kemu­dian, saya pakai sebagai aksesoris untuk klien," jelas perempuan yang hobi jalan-jalan tersebut. Aksesoris buatan sendiri itulah yang menjadi nilai tambah. Sebab, di tempat lain tak ada yang memiliki. Sehingga, menjadi eksklusif.

Lalu, apa tantangan terberat untuk mengembangkan Venus Salon di tengah maraknya usaha serupa yang muncul belakangan?. Winny menjawab, menjaga nama. Soal terus tumbuhnya usaha serupa, baginya tidak masalah. Bahkan, dia justru senang ka­rena dengan iklim yang kompetitif akan memacunya untuk terus kreatif. Tinggal bagaimana memenangkannya.

Untuk itu, ada tips umum yang dilakukannya. Yaitu, membuat ciri khas. "Meskipun ada tren, kita tetap harus tampil beda, biar cetar membahana," kelakarnya meniru istilah penyanyi Syahrini. Atas hal ini, Tina yakin bahwa anak-anaknya akan bisa lebih baik daripada dia dalam mengelola bisnis tersebut. "Pendidikan mereka lebih tinggi, juga lebih kreatif. Saya nggak ragu menyerahkan usaha ke mereka," pungkas Tina.

Kediri, Radar

Berita Terkait