Roti Orion

pengumuman | 16/04/2013

* Setiap Ciptakan Variasi Roti Baru, Karyawan Cicip Dulu

       "Perusahaan roti Orion di Gang Buntu, JI Untung Suropati, merupakan yang tertua di Kota Kediri. Dirintis 73 tahun silam, tongkat estafet sudah turun ke generasi keempat. Setelah dikelola sang ayah, Hartono Prawono, cucu pendiri Orion, kini Albert yang dipercaya mengembangkannya".

        "Saya jatuh cinta pada roti sejak kecil," ujar Albert Prawono, pemilik perusahaan roti Orion. Dia adalah anak bungsu dari tiga bersaudara pasangan Hartono Prawo­no dan Winarni Goenarto.

         Di usia yang baru berusia 21 tahun, Albert sudah mendapat kepercayaan dari orang tuanya untuk meneruskan bisnis keluarga tersebut. Rasa cinta pada roti membuat pemuda ini tidak merasa terbebani dengan bisnis yang dipercayakan kepadanya.

        Dia Justru menikmati rutinitas sehari-hari yang berbubungan dengan roti. "Tidak ada paksaan menangani bisnis roti. Jadi, saya enjoy saja," ujarnya ketika ditemui Radar Kediri di dapurnya siang kemarin (15/4).

           Albert tidak pernah menyesal ketika meminta berhenti tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi setelah lulus dari SMAK Augustinus pada 2010. Dia langsung terjun total membantu orang tuanya mengelola perusahaan roti Orion.

          Perusahaan itu berdiri sejak 20 Februari 1940. "Senang sekali diberi kepercayaan meneruskan usaha roti ini," ujar Albert sambil tersenyum. Yang menarik, meski anak bungsu, Albert tidak dengan mudah langsung diiyakan meneruskan bisnis itu. Bahkan setelah mengutarakan niat ingin menekuni usaha roti, orang tuanya tidak langsung percaya.

          Mereka terlebih dahulu mengetes niat Albert. Orang tuanya lalu mengirim pemuda yang masih lajang ini untuk mengikuti kursus membuat roti di Kediri selama seminggu. Tujuannya, untuk melihat keseriusan Albert menekuni dunia roti.

           Selain itu, orangtua Albert ingin menunjukkan kepada pemuda kelahiran Kediri, 17 Januari 1992 tersebut tentang proses pembuatan roti. "Saya tidak mau niatnya meneruskan usaha roti Orion ini hanya sekadar iseng," ungkap Winarni, ibu Albert.

           Setelah melihat keseriusan Albert, orang tuanya pun percaya. Mereka akhirnya memberikan tongkat estafet perusahaan roti Orion kepada Albert. Meski demikian, Winarni tetap mendampingi anak bungsunya mengelola bisnis yang dirintis oleh Subandi Hartanto itu. Subandi adalah kakek Hartono Prawono, suami Winarni. Dengan pendampingan tersebut, Winarni berharap, Albert semakin matang dalam mengarungi persaingan bisnis roti.

        Kini, ditangan Albert, perusahaan roti Orion semakin berkembang. Albert bahkan berhasil menciptakan delapan variasi rasa. Yaitu, donat sate, kacang ijo, moca, sisir kering, almond, dan sosis. Sehingga saat ini, ada 32 macam roti Orion. "Ini untuk memenuhi keinginan konsumen agar mereka makin cinta dengan Orion," ungkapnya

          Sebelum roti Orion kreasinya dijual di pasaran, Albert terlebih dulu mencicipinya. Kemudian, keluarga dan karyawan diberi kesempatan memberikan kritik terkait kreasi barunya tersebut. Setelah semua oke, roti baru diproduksi. "Saya senang roti. Jadi roti enak atau tidak, saya bisa rasakan," jelasnya.

              Meski demikian, Albert tidak meninggalkan ciri khas roti Orion. Zaman modern tidak membuatnya lupa dengan warisan tradisional nenek moyangnya Albert tetap mempertahankan tradisi pembuatan roti Orion yang khas, yaitu menggunakan oven tradisional warisan keluarga.

             Meski saat ini banyak yang menggunakan kompor elpiji untuk memasak, Albert tetap tidak mau mengganti bahan bakar ovennya. Dia tetap setia dengan bahan bakar da­ri kayu dan batu api. Sehingga kelezatan dan keharuman roti Orion tetap terjaga. "Rasa dan aromanya roti Orion itu khas," ulas Albert.

              Tidak hanya proses pembuatan yang masih tradisional, Albert juga mengharamkan menggunakan bahan pengawet. Ini agar roti aman dan menyehatkan dikonsumsi. "Ini yang membedakan roti Orion den­gan roti yang lain," imbuhnya

           Karena tanpa pengawet, roti Ori­on tidak bisa tahan lama. Roti ter­sebut hanya mampu bertahan selama dua hari. Meski begitu, kon­sumen tetap menyukai roti ini. Kendati tidak bisa tahan lama, Albert tidak pernah khawatir. "Sehari bisa produksi sekitar seribu roti," urainya.

       Untuk pemasaran, Albert masih mengandalkan jaringan orang tu­anya. Penjualan dengan menggunakan gerobak masih dilakukan. "Kami ingin tetap memberikan mata pencaharian kepada masyarakat dan lebih dekat dengan konsumen," paparnya. Yang menarik, roti Orion punya konsumen setia. Bahkan mereka yang sudah tinggal di luar kota kerap belanja roti yang diproduksi sejak zaman penjajah Belanda ini untuk oleh-oleh.
 

Kediri, Radar

Tidak ada artikel terkait