Mukono, Guru SMA yang Dedikasikan Diri di Olahraga

pengumuman | 27/03/2013

* Selalu Terapkan Target dan Fokus untuk Prestasi

       Sosoknya tak asing di Stadion Brawijaya. Hampir setiap hari, dia hadir di gelangang olahraga Kota Kediri tersebut. pria paro baya tersebut berperawakan langsing dan selalu mengenakan topi, sebuah peluit dan stopwatch menggantung di lehernya.

       Dia adalah Mukono, pria yang berprofesi sebagai guru olahraga SMAN 8 Kediri. Bagi pria kelahiran Trenggalek, 58 tahun silam itu, sekolah dan Stadion Brawijaya adalah rumah keduanya.

       Dari pagi sampai sore, dia sering ada di sana. Selesai mengajarpun Mukono masih melatih atlet cabang olahraga atletik yang bernaung di bawah Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) Kota Kediri.

        "Sejak tahun 1981 saya sudah mengajar di Kediri, sampai sekarang. Dulu SGO kemudian tahun 1991 ganti nama jadi SMAN 8," tutur sarjana olahraga lulusan Universitas Negeri Jogjakarta tersebut.

       Tiga puluh tahun menjadi guru olahraga, Mukono aktif sebagai pelatih dan pengurus PASI. Sejak 1993, pria gesit ini dipercaya sebagai pengelola dan pelatih Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) Jatim di Kediri. Telah tiga periode dia menjadi pengurus Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kota Kediri.

       "Mengajar dan melatih memang sudah jiwa saya, kalau jadi pengurus itu bukan keinginan pribadi tapi saya diminta," papar Wakil Ketua Umum 2 KONI Kota Kediri tersebut

      Namun, semua itu landasannya adalah kepercayaan. Orang percaya kepada dirinya untuk melatih atlet ataupun mengurus organisasi dan kegiatan. Kepercayaan itu selalu dipegang Mukono dengan sepenuh hati. Karena itu, mantan adet Softball PON tahun 1980-an tersebut se­lalu total dan fokus dalam setiap tugas yang diembannya.

      "Setiap latihan tentu ada target yang dipatok, sebagai atlet dan pelatih ini yang harus dicamkan bahwa kita memang terus dikejar target," urainya sambil tersenyum.

      Seperti saat ini, Mukono tengah mempersiapkan atlet Kota Kediri berlaga di Porprov fatim 23-30 Juni mendatang. Pada pekan olahraga Jatim dua tahunan yang kali ini digelar di Madiun, Mukono bertindak sebagai Ketua Panitia dari Kota Kediri.

     Meski merupakan agenda besar dan diorganisasi banyak orang, namun sebagai pribadi, Mukono rnerasa ikut bertanggungjawab akan prestasi para atlet. Karena itu, dia selalu terjun langsung melihat perkembangan semua cabang olah­raga yang akan diikuti. "Uhtuk persiapan kami sudah lakukan sejak awal 2012 lewat puslatkor (pusat latihan olahraga, Red)," jelasnya.

    Selain itu, para atlet juga digemgleng dan diuji coba lewat kejuaraan daerah yang berlangsung sebelumnya. Saat ini, mereka sudah memasuki program khusus. Beberapa sudah melakoni pra Porprov. Sekitar 300-an atlet Kota Kediri bakal diterjunkan di Porprov Jatim keempat tersebut. "Targetnya minimal mempertahankan juara umum ketiga seperti di Porprov sebelumnya," harapnya. Tahun lalu, kontigen Kota Kediri ada di peringkat ketiga dengan perolehan 32 emas.

       Namun, jika bisa lebih tinggi lagi prestasinya tentu lebih baik. Target medali emas Porprov tahun ini adalah 39 medali. Jika tak bisa memenuhi target atau tak bisa mempertahankan posisi, tentunya jadi beban mental bagi pelatih, panitia, dan pengurus. "Namun, saya berusaha melakukan yang terbaik," tegas Mukono.

        Sportivitas dan kegigihan yang menjadi jiwa dalam olahraga tak pernah lupa disampaikannya ke­pada anak didik dan atlet binaannya. Ataupun pada dirinya sendiri. “Atlet adalah capaian seorang pela­tih, kecuali bakat yang dimiliki, maka keberhasilannya adalah tanggungjawab pelatih," jelasnya.

       Kendati memiliki berbagai aktivitas, Mukono tak pernah kesulitan membagi waktu antara tugas uta­manya sebagai pengajar dan kegiatan lainnya. Dia selalu tertib dan berusaha menjalankan sesuai porsinya. Demikian juga dengan perannya sebagai kepala keluarga.

      "Selalu ada waktu buat keluarga, kalaupun kegiatan sampai malam, istri dan anak-anak sudah paham," ujar suami Solehah ini.

    Bahkan, keluarganya adalah pendukung utama. Anak ked­uanya, Dwindra Abdi Pertama, 20, pun mengikuti jejak sang ayah dengan melanjutkan kuliah keguruan olahraga di kampus yang sama. Dia pun menjadi atlet lempar cakram saat ini.

Kediri, Radar