Pemkot Kediri Tekan AKI

kesehatan | 20/02/2015

Pemkot memasang target tinggi untuk menekan Angka Kematian Ibu (AKI). Jika tahun lalu masih ada tiga ibu meninggal saat melahirkan, tahun ini mereka menargetkan kasusnya tidak ada lagi alias nol.

Hal tersebut ditegaskan Ketua Tim Penggerak PKK Kota Kediri Ferry Silviana Abu Bakar. Saat ditemui di balai Kelurahan Tinalan, ia menyebut PKK bersama sejumlah satker akan bekerja bersama-sama merealisasikan target tersebut.

”AKI nol itu bisa tercapai jika para ibu hamil di Kota Kediri mendapat pendampingan hingga proses melahirkan,” tutur istri wali kota yang akrab disapa Fey ini.

Perempuan yang baru saja mela­hirkan anak kedua ini mengatakan, selain kader posyandu dan sejurnlah kader kesehatan lainnya, pemkot juga menggandeng mahasiswa kesehatan. Mereka menjadi pendamping ibu hamil. "Terutama ibu hamil, berisiko tinggi," ujarnya.

Tugas kader pendamping, menurut Fey, tak hanya memantau kesehatan ibu hamil. Melainkan juga memastikan, pemeriksaan diri sesuai jadwal. Termasuk, memberi pemahaman pada ibu hamil tentang asupan makanan yang benar selama proses kehamilan.

Berapa jumlah kader yang akan dilibatkan? Fey menyebut, jumlahnya mencapai ratusan. "Di Tinalan ini saja sudah ada sekitar 30 kader,” urainya.

Kabid Pelayanan Kesehatan Dinkes Kota Kediri Wigati mengatakan, akan aktif mendorong terealisasinya gerakan menekan angka kematian ibu tersebut. Caranya, mengajak puluhan bidan di Kota Kediri turut ikut ambil bagian.

Wigati menyebut, bidan akan diminta mengawasi kinerja kader yang mendampingi ibu hamil. Tak hanya itu, bidan-bidan di kelurahan juga diminta aktif mengunjungi ibu hamil yang berisiko tinggi.

Salah satu tugasnya adalah me­mantau kesehatan mereka. "Kami juga punya program meningkatkan kompetensi bidan agar lebih fokus," terang perempuan yang juga ketua pokja IV PKK ini.

Terpisah, Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kota Kediri Sumedi mengatakan, pihaknya menganggarkan dana bagi kader pendamping ibu hamil. Tahun ini, BPPKB menganggarkan dana untuk 400 kader. "Masing-masing kader mendapat insentif Rp 100 ribu selama pendampin­gan,” paparnya.

Jika dana masih kurang, Sumedi mengatakan, akan menganggarkan dana tambahan dalam pembahan anggaran keuangan (PAK) nanti.

“Para kader kami minta mendorong ibu hamil untuk periksa setiap bulan. Tidak hanya empat kali selama kehamilan," tegasnya.

Untuk diketaliui, selain adanya tiga ibu hamil yang meninggal saat melahirkan, pada 2014 ada 25 bayi yang meninggal saat proses kelahiran. Angka inilah yang berusaha ditekan pemkot.

Selama ini, ada beberapa faktor yang membuat ibu dan bayi meninggal. Selain akibat penyakit bawaan, ada pula yang disebabkan keterlambatan dibawa ke fasilitas kesehatan. Dengan pendampingan sejak dini, diharapkan gejala-gejala yang timbul bisa dideteksi dini dan segera mendapat penanganan. "Jadi tidak sampai berujung pada kematian,” tegas Sumedi.