Ikon Macan Putih Diambil dari Kisah Bubuksah dan Gagang Aking

Kediri Dalam Berita | 22/11/2021

logo

Goa Selomangleng Kota Kediri memiliki relief di dalamnya. (dhita/memo)
Goa Selomangleng Kota Kediri memiliki relief di dalamnya. (dhita/memo)
 

Kediri, koranmemo.com - Ikon Macan Putih di Kota Kediri ternyata diambil dari kisah Bubuksah dan Gagang Aking. Kisah ini tergambar dalam relief yang ada di Gua Selomangleng.

Dengan latar cerita yang hampir sama seperti kondisi geografi di Kota Kediri, akhirnya Macan Putih digunakan sebagai ikon di logo pemerintah daerah dan klub asal daerah.

Rektor UN PGRI Kediri, Dr Zainal Abidin yang juga dosen Fakultas Pendidikan Program Studi Sejarah mengatakan di Gua Selomangleng terdapat relief menceritakan kisah kakak adik, Gagang Aking dan Bubuksah. Relief ini cukup terkenal dan ada di beberapa candi Jawa.

Dalam kisahnya, Gagang Aking sebagai kakak, dan Bubuksah adiknya melakukan perdebatan perihal cara ibadah atau perilaku yang benar.

Baca Juga: Gelar Vaksinasi 1.000 Dosis, Wali Kota Kediri Berharap Terus Bersinergi Bersama HIPMI

Baca Juga: Pinky Dianie Amalia, Penyanyi Muda Tampil di Panggung dan Youtube

Perdebatan yang muncul adalah berperilaku pantang terhadap makanan tertentu sehingga kurus dan makan segala yang tersedia.

Cara atau laku tersebut dilakukan untuk mencapai spiritual masing-masing. Dari perdebatan tersebut mereka akhirnya memutuskan untuk bertapa untuk membuktikan keikhlasan Gagang Aking dan Bubuksah dalam mencapai spiritual mereka.

Gagang Aking berada di gua bagian bawah gunung sementara Bubuksah di gua yang berada di bawah gunung.

“Batara Guru yang prihatin mengutus Dewa Kalawijaya untuk menguji keteguhan 2 petapa tersebut dengan menjelma menjadi macan putih kelaparan. Macan putih ini mendatangi Gagang Aking terlebih dahulu dan berkata akan memakannya,” tukasnya.

Lalu, Gagang Aking pun berkata jika tubuhnya kurus kering dan tidak memiliki daging. Setelah itu penjelmaan mendatangi Bubuksah dengan maksud yang sama.

Berbeda dengan Gagang AkingBubuksah malah mempersilahkan macan tersebut memakan dirinya.

“Karena keikhlasan tersebut, Dewa Kalawijaya memutuskan Bubuksah lulus pada ujian tersebut. Saat mencapai moksa, Bubuksah dipersilahkan naik ke tempat orang suci dengan menyakini punggung macan putih,” imbuh Zainal.

Namun Bubuksah meminta kepada dewa agar kakaknya juga ikut ke kayangan bersama dirinya karena juga memiliki laku bertapa dengan tulus. Macan Putih itupun menyanggupi tapi tidak diperbolehkan menaiki punggungnya.

“Di relief tergambar jika Bubuksah menaiki punggung dan Gagang Aking memegangi ekor Macan Putih tersebut saat naik ke tempat orang suci,” pungkasnya.

Sementara itu, Asisten Umum, Sekretaris Daerah Kota Kediri, Nur Muhyar menjelaskan, ikon Macan Putih yang digunakan klub Persik Kediri diambil dari kisah ini.

Latar tempat yang sama seperti geografis Gunung Klotok dipercaya jika kisah tersebut berlatar di Kota Kediri.

“Dalam kisah ini memiliki kemiripan dengan letak Gua yang ada di Kota KediriGagang Aking bertapa di sebuah gua yang dekat dengan kaki gunung yakni Gua Selomangleng, sementara Bubuksah berada di goa yang berada di atas gunung yakni Gua Selobale,” paparnya.

Menurutnya dari kisah tersebutlah kenapa Kota Kediri memiliki logo macan putih pada logo pemerintah daerah dan klub Persik Kediri.