Buka Pasar Rakyat Kampung Wisata Tenun, Mas Abu Yakin Tenun Ikat Kota Kediri Semakin Terkenal

berita | 21/12/2019

Komitmen Pemerintah Kota Kediri untuk menjadikan tenun sebagai Warisan Budaya tak benda dari Kota Kediri sekaligus mempromosikan tenun Bandar Kidul kepada masyarakat luas terus dilakukan. Setelah sukses menggelar dhoho street fashion hingga lima kali dan menggelar pameran baik nasional hingga mancanegara, kali ini Kelurahan Bandar Kidul disiapkan untuk menjadi kampung wisata tenun. 

Masyarakat Kelurahan Bandar Kidul sejak dulu dikenal sebagai pengrajin tenun ikat. Inilah yang harus terus dilestarikan agar generasi penerus masih bisa merasakan kain tenun itu ada di Kota Kediri. Hal inilah yang disampaikan Walikota Kediri ketika ditemui di Pembukaan Pasar Rakyat Kampung Wisata Tenun, yang bertempat di Kelurahan Bandar Kidul Gg 8 Pagi ini (21/12). Mengusung Konsep Pasar Rakyat Kampung Wisata Tenun, Ada 20 stan digelar di sepanjang jalan Gang 8 di Kelurahan Bandar Kidul yang dimanfaatkan para pengrajin untuk mendisplay hasil kerajinannya, mulai kain, sepatu hingga tas. 

Walikota Kediri Abdullah Abu Bakar sekaligus menyampaikan bahwa tenun ikat di Kota Kediri terus dipromosikan dari tahun 2014. “Kita juga sudah bekerjasama dengan desainer-desainer dari ikat Indonesia dari Didiet Maulana, Mas Tri Oktavia, lalu dari Lenny Agustin, Hannie Hananto serta beberapa desainer-desainer yang menggunakan tenun juga yang nanti ke depan akan kita garap lebih lebih baik lagi dan kita juga berkolaborasi dengan desainer-desainer Indonesia lainnya yang ikut serta ingin memamerkan hasil karya tenun. Saya juga sudah membuat SK Walikota. Bu Gubernur juga akan membuat SK juga supaya tenun ikat ini juga bisa dipakai di seluruh Jawa Timur,” jelasnya.

Dengan adanya kampung wisata tenun, Mas Abu yakin akan membuat pangsa pasar tenun semakin meningkat. Mas Abu lantas mengingatkan agar para pengrajin bisa terus memperhatikan kualitas kain tenun yang dihasilkan. “Yang perlu saya ingatkan adalah tenun ikat Kediri ini sudah bagus, sudah sangat luar biasa. Makanya yang belum pakai tenun segera pakai tenun. Lalu saya juga Ingatkan bahwa kita harus bisa menjaga kualitasnya. Kualitasnya harus tetap dijaga jangan sampai kualitasnya menurun, nanti saya khawatirnya begitu orderan ramai kualitasnya menurun kalau dipakai mengkeret terus ya nggak boleh seperti itu. Jangan sampai seperti itu. Nah sekarang alhamdulillah ada penenun yang muda-muda dan kata desainer hasil tenunnya jadinya lebih bagus, lebih padat,” tuturnya.

Mas Abu melanjutkan agar apa yang sudah dibangun bersama, harus senantiasa dijaga. Masyarakat Bandar Kidul juga dituntut untuk siap menjadikan kelurahannya sebagai kampung wisata tenun. “Ini merupakan agenda yang sangat bagus, karena tidak hanya berhenti di Pemerintah Kota Kediri tapi Pak Lurah bermanufer juga terhadap kampung wisata tenun Bandar Kidul ini. Dan Kita Ketahui bersama bahwa kampung tenun sekarang ini sudah diketahui secara nasional. Panjenengan selaku warga di bandar kidul juga mesti bisa jaga kepercayaan ini yang sudah kita bangun bertahun-tahun. Karena untuk membangun seperti ini tidaklah mudah, membutuhkan waktu yang sangat lama juga kerja sama dengan banyak pihak. Panjenengan doakan saja, mudah-mudahan ke depan banyak acara di Kota Kediri yang mengangkat kain asli Kota Kediri ini yaitu tenun ikat Bandar Kidul dan khususnya warga Bandar Kidul panjenengan harus siap kalau banyak orang yang datang ke sini. Pasti orang-orang datang ke sini ingin melihat menenunnya bagaimana. Nah kalau sudah kedatangan orang, saya berharap jangan judes-judes. Harus baik, mulai ditata kampungnya. Yang bisa dikerjakan oleh Prodamas kerja melalui Prodamas, yang nggak bisa nanti kami bantu perlahan-lahan dengan Gubernur dan yang lainnya. Ini inshaAllah satu tahun lagi sudah berubah karena banyak sekali yang melihat keberadaan Kampung tenun Bandar Kidul. Masalah omsetnya saya nggak perlu nanya saya sudah tahu omsetnya meningkat semuanya. Mudah-mudahan acara pada pagi hari membawa berkah bagi kita semua dan khususnya bagi Bandar Kidul,” ungkapnya.

Melalui Disbudparpora, Pemerintah Kota Kediri juga sudah mengadakan pelatihan public speaking untuk pemandu wisata. “Disbudparpora juga harus kolaborasi disini juga. Memang ini kampung wisata sekarang bukan kampung produksi. Karena kalau kita lihat dapur mereka terbuka, artinya mereka menenun juga bisa dilihat dan customer disini juga bisa mencoba. Jadi sudah bukan kampung kerajinan lagi tapi juga kampung wisata. Sehingga semuanya harus disiapkan oleh Disbudparpora. Contohnya Disbudparpora juga sudah menyiapkan pelatihan untuk pemandu wisata. Jadi ini saya rasa sudah berjalan dengan bagus. Memang perlu evaluasi. Contohnya seperti kebersihan disini dijaga, apa yang perlu ditambah disini. Tapi saya lihat orang Bandar Kidul sudah peduli sekali terhadap kampung tenun ini. Nggak seperti dulu. Regenerasi juga bagus karena saya melihat penenunnya banyak yang muda dan hasil kainnya juga kata desainer juga padat sehingga itu menandakan bahwa regenerasinya bagus,” pungkas Mas Abu.

Ditemui ditempat yang sama, Kepala Disbudparpora Kediri, Nur Muhyar mengatakan bahwa tenun diangkat kembali sebagai sebuah warisan budaya yang luhur yang memiliki nilai lebih. Pertama , karena tenun memiliki ciri khas, kedua , dibuat tanpa mesin dan ketiga , tenun mengadopsi perkembangan jaman. Teknik pembuatan maupun dari kualitas kainnya. “Pemerintah Kota mengangkat ini menjadi sebuah daya tarik wisatawan baik itu yang akan berbelanja tenun maupun yang akan mengunjungi proses pembuatan tenun. Total ada 26 unit usaha disini yang sekarang berjalan dengan melibatkan kurang lebih ratusan tenaga kerja lokal yang langsung menangani tenun. Tentu ini kan memerlukan bahan baku, memerlukan kerjasama pemasaran. Dulu ada kendala tentang pemasaran, permodalan. Namun sekarang alhamdulillah sudah tidak ada masalah, karena akses sudah terbuka, media untuk memasarkan juga sudah ada. Saya kira sekarang tinggal ini didorong supaya lebih massive lagi dari sisi pengrajin mempertahankan kualitas bahkan meningkatkan dengan berbagai cutting, pewarnaan yang kekinian dan dari sisi pembeli juga harus didorong untuk mencintai produk lokal, apalagi ini warisan budaya,” papar Nur Muhyar.

Hadir pula dalam acara tersebut Camat Mojoroto serta Lurah Bandar Kidul. (ncy/rt)